Melihat Bayangan Kematian Orang Lain Lewat Cermin

Melihat Bayangan Kematian Orang Lain Lewat Cermin




Ladiesmail - Jika orang yang tidak percaya dunia misteri, mungkin kisah ini terdengar sangat aneh. Sebuah kisah misteri yang datang dari negara Thailand ini dikisahkan oleh seorang yang bernama Song Phrai 18 tahun. Ia sangat takut jika berhadapan didepan cermin, perasaan trauma jika bayangan orang-orang yang terpantul di dalamnya.

Ia takutkan bukan saja pada cermin, asal benda yang dapat memantulkan bayangan ia merasakan sangat trauma. Bayangan-bayangan yang dipantulkan lewat cermin tersebut membuatnya hampir gila, terutama jika melihat bayangan orang lain selain dirinya sendiri di dalam cermin tersebut, simak cerita selengkapnya dibawah ini.

Kisah ini bermula tiga tahun yang lalu ketika aku baru berumur 15 tahun. Siang itu aku menemani bibiku ke salon langganannya. Sebenarnya aku malas untuk menemani bibiku ini, karena jika ia sudah ngobrol, maka tidak mungkin bisa dihentikan lagi, namun akhirnya aku terpaksa menemaninya juga.

Tetapi kebetulan salon saat itu sepi, dari kaca jendela luar hanya terlihat beberapa orang remaja dan seorang ibu muda yang sedang di-crembath. Beruntung sekali, karena dalam keadaan seperti ini tentu bisa cepat selesai.

Karena aku sudah tak sabar ingin menikmati pizza kegemaranku. Begitu kami melangkah masuk, aroma wewangian khas Thailand segera menyergap kehadiran kami berdua. dan seorang wanita muda berbusana daerah menyambut kami dengan senyum ramahnya.

Dengan cepat ia mengantarkan bibiku ke ruang sebelah dan sementara aku duduk di kursi empuk di sudut ruangan. Waktu berlalu dengan cepat. Kira-kira satu jam kemudian bibiku sudah hampir selesai. Ia sedang mematut-matut dirinya di depan cermin.

Kemudian aku bangkit dari kursi dan menghampirinya. Sekilas aku melirik ke arah cermin. Pada saat itulah aku melihat sesuatu yang aneh. Wajah penata rambut yang pada saat itu sedang menyemprotkan hair spray pada rambut bibiku terlihat sangat mengerikan.

Pelipis sebelah kirinya terlihat mengucurkan darah dan membasahi kemeja putihnya. Aku sangat terkejut dan segera aku memalingkan wajah dari cermin dan memperhatikan sang penata rambut yang berdiri tepat di samping kananku.

Tapi ia terlihat baik-baik saja. Tak ada luka sedikit pun pada wajahnya dan kemejanya putih bersih. Aku mulai kebingungan. Aku kembali memandang cermin. Dan apa yang kulihat tetap sama dengan apa yang kulihat tadi. Wajah dan baju yang merah oleh ceceran darah yang mengucur semakin deras.

Aku tak tahan lagi, aku segera mengubah posisi berdiriku agar aku tak dapat melihat bayangannya di cermin. Semua ini benar-benar membuatku hampir gila. Apakah ada salah dengan penglihatanku, ataukah ini hanya imaginasiku belaka?

Tak lama kemudian bibiku selesai dan kamipun pulang ke rumah melalui rute yang sama. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Pikiranku benar-benar kacau, aku masih bingung dengan kejadian yang kualami. Selang beberapa minggu kemudian, bibiku kembali ke salon itu untuk creambath.

Pada saat itulah kami mendengar kabar bahwa salah seorang penata rambut salon tersebut telah meninggal dunia dua minggu sebelumnya karena kecelakaan mobil dan ia adalah penata rambut yang waktu itu melayani bibiku.

Katanya sewaktu ia mau pulang ke rumah pada hari itu, di tengah jalan ia tertabrak oleh seorang pengendara motor ugal-ugalan sehingga tubuhnya terpental ke aspal dan kepalanya terbentur keras sehingga darah mengucur dari wajahnya. Ia sempat dilarikan ke rumah sakit, tetapi ia meninggal dunia dalam perjalanan karena luka-lukanya sangat parah dan ia mengalami pendarahan hebat di kepalanya.

Mendengar berita itu aku tertegun, mendadak aku teringat penglihatan yang kualami waktu itu. Apakah itu merupakan firasat akan terjadinya sesuatu? Aku berusaha melupakan peristiwa tersebut dan kuanggap hal itu sebagai suatu kebetulan belaka.

Setelah beberapa bulan kemudian. Tepat hari siang ketika aku dan teman sekelasku pulang dari sekolah. Rumah kami berdekatan, sehingga hampir setiap hari kami pergi dan pulang sekolah bersama-sama. Dalam perjalanan pulang kami memutuskan untuk mampir ke mall terdekat untuk membeli beberapa perlengkapan sekolah.

Sewaktu kami melewati sebuah butik pakaian, secara kebetulan aku menoleh ke arah kaca etalase. Dan napasku tersentak. Aku dapat melihat bayanganku sendiri di kaca itu, tetapi di sampingku bukan bayangan temanku, melainkan ayahnya.

Ia terlihat pucat dan sedih. Jantungku berdegup keras sehingga aku teringat kembali peristiwa yang kualami beberapa bulan sebelumnya bersama bibiku. Aku tak tahu apakah hal yang sama akan terulang lagi.

Aku tak berani mengucapkan sepatah kata pun tentang hal itu padanya. Aku tak ingin ia sedih memikirkan hal-hal yang belum tentu akan terjadi. Malam itu aku baru saja mau pergi tidur ketika tiba-tiba telepon berdering. Ketika kuangkat, terdengar suara temanku menangis.

Aku langsung merasakan firasat buruk. Di sela isak tangisnya, ia berkata terbata-bata, "Phrai, ayahku.." ia tak dapat melanjutkan kalimatnya. Ia hanya terisak pelan. "Ada apa dengan ayahmu? Apa yang terjadi?"

Belum sempat aku berpikir lebih jauh, suara temanku sudah terdengar, ia mengatakan ayahnya tak sadarkan diri karena serangan jantung. Seketika tubuhku lemas dan jantungku berdegup tak karuan. Temanku mengatakan seorang suster dari rumah sakit mengabarkan bahwa ayahnya dalam kondisi krisis karena terlambat diberikan pertolongan.

Aku tak bisa mengatakan apa-apa lagi selain menghibur temanku. Malam harinya aku berdoa semoga firasatku meleset dan segalanya akan baik-baik saja. Aku sungguh-sungguh berusaha menghibur diriku sendiri bahwa apa yang kulihat waktu itu di kaca adalah halusinasiku saja dan tidak ada kaitan sama ayah temanku.

Keesokan harinya aku kembali mendapat kabar dari temanku. ia mengabarkan bahwa ayahnya telah meninggal dunia malam itu juga. Aku sangat sedih mendengarnya. Terlebih-lebih karena aku telah mendapat pertanda tentang hal itu sebelumnya namun tak kulakukan untuk mencegah musibah itu.

Apakah ini adalah takdir? Jika ya, apa gunanya aku mendapatkan firasat itu jika aku sendiri tak dapat melakukan apa-apa untuk mencegahnya? Semenjak kedua peristiwa itu, aku tetap bisa melihat bayangan tersebut sehingga membuatku dibayangi perasaan bersalah, sedih, dan takut. Tak jarang aku melihat bayangan-bayangan menyeramkan dari orang-orang di sekililingku yang tak kukenal.

Kini aku hanya bertanya-tanya, kapan kiranya, suatu hari nanti, aku akan melihat bayangan kematianku sendiri? Jika itu terjadi, aku hanya berharap semoga aku siap menghadapi hari itu. Hari ketika bayanganku menjadi kenyataanku.
Share on Google Plus

About Vento Deco

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment